BANDUNG, - Bak sisi dua sisi mata uang, kota Bandung dan Persib hampir dipastikan tidak bisa terlepaskan. Jika menyebut Kota Bandung, sebagian orang pasti akan teringat dengan Persib. Bahkan jika menyebut Persib, hampir dipastikan orang akan teringat dengan Kota Bandung.
Terlebih, Kota Bandung dan Persib memang memiliki lambang yang nyaris sama.
Namun logo Kota Bandung saat ini berbeda dengan logo saat di era kolonialisme.
Di era itu, logo sebelumnya digambarkan dengan sungai mengalir, melambangkan daerah Bandung yang dialiri sungai Citarum, Cikapundung, dan sungai-sungai lainnya.
Di bawahnya juga terdapat motto 'Ex Undis Sol' yang artinya mentari muncul di atas gelombang.
Namun dalam sebuah tulisannya, Haryoto Kunto, penulis buku Wajah Bandung Temmpo Doeloe menyatakan, "Lahan kukuh" adalah tanah padat yang dalam bahasa Latin disebut "solum".
Ex artinya muncul, asal, atau ke luar, dan "undis" artinya gelombang.
Dengan demikian, motto itu seharusnya berbunyi: EX UNDIS SOLUM, bukan EX UNDIS SOL. Sol artinya matahari, solar dalam bahasa Inggris.
Masih menurut Kunto, lantaran keliru kata SOL inilah Bandung akhirnya berubah menjadi makin panas karena matahari sangat terik menikam ketika siang.
Tentu ini hanyalah "guyonan" karena sebetulnya ada berbagai sebab yang mengakibatkan Bandung di gunung ini menjadi panas membakar.
Selepas kemerdekaan, lambang kota Bandung ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota besar Bandung tahun 1953, tertanggal 8 Juni 1953, yang diizinkan dengan Keputusan Presiden tertanggal 28 april 1953 No. 104.
Lambang Kota Bandung diundangkan dalam Berita Propinsi Jawa Barat tertanggal 28 Agustus 1954 No. 4 lampiran No. 6.
Lambang tersebut bertokoh perisai yang berbentuk jantung.
Perisai tersebut terbagi dalam dua bagian oleh sebuah balok lintang mendatar bertajuk empat buah, yang berwarna hitam.
Ditambah pelisir berwarna putih (perak) pada pinggir sebelah atasnya.
Pada bagian atas latar kuning (emas) dengan lukisan sebuah gunung berwaarna hijau yang bertumpu pada blok-lintang.
Sedangkan bagian bawah latar putih (perak) dengan lukisan empat bidang jalur mendatar berombak yang berwarna biru.
Di bawah perisai itu terlukis sehelai pita berwarna kuning (emas) yang melambai pada kedua ujungnya. Pada pita itu tertulis dengan huruf-huruf besar latin berwarna hitam amsal dalam bahasa Kawi, yang berbunyi Gemar Hipah Wibawa Mukti (tanah subur rakyat makmur).
Sebagai tokoh lambang itu diambil bentuk perisai atau tameng, yang dikenal kebudayaan dan peradaban sebagai senjata dalam perjuangan untuk mencapai sesuatu tujuan dengan melindungi diri.
Perkakas perjuangan yang demikian itu dijadikan lambang yang mempunyai arti menahan segala mara bahaya dan kesukaran.
Kuning (emas) berarti kesejahteraan, keluhungan. Hitam (sabel) berarti kokoh, tegak, kuat. Hijau (sinopel) berarti kemakmuran sejuk.
Sedangkan putih (perak) berarti kesucian, biru (azuur) berarti kesetiaan.
Loga Kota Bandung jugalah yang menginspirasi logo Persib. Bedanya, tulisan Gemar Hipah Wibawa Mukti tidak tertulis dalam
logo Persib.
Selain itu, berkat dua kali meraih juara Liga, kini logo Persib dilengkapi dengan dua bintang di atasnya
Terlebih, Kota Bandung dan Persib memang memiliki lambang yang nyaris sama.
Namun logo Kota Bandung saat ini berbeda dengan logo saat di era kolonialisme.
Di era itu, logo sebelumnya digambarkan dengan sungai mengalir, melambangkan daerah Bandung yang dialiri sungai Citarum, Cikapundung, dan sungai-sungai lainnya.
Di bawahnya juga terdapat motto 'Ex Undis Sol' yang artinya mentari muncul di atas gelombang.
Namun dalam sebuah tulisannya, Haryoto Kunto, penulis buku Wajah Bandung Temmpo Doeloe menyatakan, "Lahan kukuh" adalah tanah padat yang dalam bahasa Latin disebut "solum".
Ex artinya muncul, asal, atau ke luar, dan "undis" artinya gelombang.
Dengan demikian, motto itu seharusnya berbunyi: EX UNDIS SOLUM, bukan EX UNDIS SOL. Sol artinya matahari, solar dalam bahasa Inggris.
Masih menurut Kunto, lantaran keliru kata SOL inilah Bandung akhirnya berubah menjadi makin panas karena matahari sangat terik menikam ketika siang.
Tentu ini hanyalah "guyonan" karena sebetulnya ada berbagai sebab yang mengakibatkan Bandung di gunung ini menjadi panas membakar.
Selepas kemerdekaan, lambang kota Bandung ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota besar Bandung tahun 1953, tertanggal 8 Juni 1953, yang diizinkan dengan Keputusan Presiden tertanggal 28 april 1953 No. 104.
Lambang Kota Bandung diundangkan dalam Berita Propinsi Jawa Barat tertanggal 28 Agustus 1954 No. 4 lampiran No. 6.
Lambang tersebut bertokoh perisai yang berbentuk jantung.
Perisai tersebut terbagi dalam dua bagian oleh sebuah balok lintang mendatar bertajuk empat buah, yang berwarna hitam.
Ditambah pelisir berwarna putih (perak) pada pinggir sebelah atasnya.
Pada bagian atas latar kuning (emas) dengan lukisan sebuah gunung berwaarna hijau yang bertumpu pada blok-lintang.
Sedangkan bagian bawah latar putih (perak) dengan lukisan empat bidang jalur mendatar berombak yang berwarna biru.
Di bawah perisai itu terlukis sehelai pita berwarna kuning (emas) yang melambai pada kedua ujungnya. Pada pita itu tertulis dengan huruf-huruf besar latin berwarna hitam amsal dalam bahasa Kawi, yang berbunyi Gemar Hipah Wibawa Mukti (tanah subur rakyat makmur).
Sebagai tokoh lambang itu diambil bentuk perisai atau tameng, yang dikenal kebudayaan dan peradaban sebagai senjata dalam perjuangan untuk mencapai sesuatu tujuan dengan melindungi diri.
Perkakas perjuangan yang demikian itu dijadikan lambang yang mempunyai arti menahan segala mara bahaya dan kesukaran.
Kuning (emas) berarti kesejahteraan, keluhungan. Hitam (sabel) berarti kokoh, tegak, kuat. Hijau (sinopel) berarti kemakmuran sejuk.
Sedangkan putih (perak) berarti kesucian, biru (azuur) berarti kesetiaan.
Loga Kota Bandung jugalah yang menginspirasi logo Persib. Bedanya, tulisan Gemar Hipah Wibawa Mukti tidak tertulis dalam
logo Persib.
Selain itu, berkat dua kali meraih juara Liga, kini logo Persib dilengkapi dengan dua bintang di atasnya
Posting Komentar