Lembang, Liputanjabar - Belajar Bahasa Sunda mungkin terkesan sulit untuk sebagian orang. Zaman sekarang pun, banyak anak muda yang mulai meninggalkan kebiasaan menggunakan bahasa sunda yang baik dan benar.
Berlatar belakang hal tersebut, muncullah ide membuat game edukasi Undak Usuk Basa Sunda (UUBS). Game ini berhasil menjadi finalis dalam mata lomba Edu Game kegiatan Anugerah Atikan Jabar yang diselenggarakan oleh Balai Teknologi Informasi Dan Komunikasi Pendidikan (Tikomdik), Dinas Pendidikan Jawa Barat. Game ini diciptakan oleh siswa kelas 12 jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Mohammad Ripan S, Rafli Rafiky dan guru pembimbing, Ferry Stephanus.
“Saya sendiri sebagai orang bandung, yang lahir di tanah sunda, tapi bahasa sunda jarang dipakai. Kalau pun dipakai bahasanya yang kasar, undak usuknya tidak cocok digunakan, dan belum tau nih kata mana yang harusnya untuk orang yang lebih tua atau yang sebaya,” ujar Ferry saat ditemui di sela-sela acara grand final, Senin, (10/12/18).
Berlatar belakang hal tersebut, muncullah ide membuat game edukasi Undak Usuk Basa Sunda (UUBS). Game ini berhasil menjadi finalis dalam mata lomba Edu Game kegiatan Anugerah Atikan Jabar yang diselenggarakan oleh Balai Teknologi Informasi Dan Komunikasi Pendidikan (Tikomdik), Dinas Pendidikan Jawa Barat. Game ini diciptakan oleh siswa kelas 12 jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Mohammad Ripan S, Rafli Rafiky dan guru pembimbing, Ferry Stephanus.
“Saya sendiri sebagai orang bandung, yang lahir di tanah sunda, tapi bahasa sunda jarang dipakai. Kalau pun dipakai bahasanya yang kasar, undak usuknya tidak cocok digunakan, dan belum tau nih kata mana yang harusnya untuk orang yang lebih tua atau yang sebaya,” ujar Ferry saat ditemui di sela-sela acara grand final, Senin, (10/12/18).
Rafli mengatakan, Game UUBS adalah sebuah aplikasi belajar bahasa sunda untuk masyarakat. Tujuannya agar masyarakat dapat belajar bahasa sunda dengan menyenangkan dan mengasah bahasa sunda agar lebih baik.
Persiapan siswa dalam membuat game sebenarnya begitu singkat. Ferry dan siswanya begitu senang mengetahui terpilih menjadi 10 besar. Apalagi menurutnya, game tidak dipelajari di kelas, siswa bimbingannya benar-benar mengulik dan belajar sendiri.
“Awalnya tidak menyangka juga kita bisa masuk 10 besar, dengan kategori game, yang sebenarnya tidak dipelajari di kelas, tidak ada mata pelajarannya. Jadi, sebenarnya siswa lebih banyak mengulik sendiri. Ini anak-anaknya sukses nguliknya, mereka bisa membuktikan bahwa walaupun tidak ada mata pelajarannya, mereka bisa sampai pada tahap sekarang,” tukas Ferry.
Lan/red
Posting Komentar