Bandung, Liputanjabar - Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana meminta Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung untuk melanjutkan program HEBAT! (Hidup Bersama Sahabat). Menurutnya, program yang sudah berjalan selama 9 tahun itu sangat bagus dan bermanfaat.
Program HEBAT! merupakan kurikulum pencegahan HIV kepada siswa kelas VIII SMP melalui berbagai pendekatan pengajaran. Tak hanya tatap muka di kelas tetapi juga pembelajaran melalui permainan sehingga siswa merasa senang dan bisa menangkap pelajaran dengan mudah.
Isi kurikulum tersebut mengombinasikan pendidikan pencegahan penyalahgunaan narkoba (drug education) dan kesehatan reproduksi (reproductive health education). Kurikulum ini merupakan hasil kajian Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) yang telah mendapatkan penghargaan tingkat nasional.
Di Kota Bandung, HEBAT! dilaksanakan oleh 4 stakeholder yang saling bermitra, yaitu KPA Kota Bandung, Dinas Pendidikan Kota Bandung, Fakultas Psikologi dan Pusat Studi Klinis Fakultas Kedokteran Unpad
Keempat institusi tersebut telah menjalin kerja sama sejak 2010. Namun pada April 2019 lalu, kesepakatan tersebut berakhir secara administratif. Kendati begitu, Yana meminta program ini terus dilanjutkan.
"Pemerintah Kota Bandung meminta agar program ini dilanjutkan, meskipun secara administratif kerja samanya sudah berakhir. Saya minta, tolong urus administrasinya agar kita bisa terus lanjutkan," ujar Yana di Balai Kota Bandung, Senin (13/5/2019).
Yana juga meminta program ini terus ditingkatkan. Jika saat ini setiap tahunnya hanya bisa menyasar 13.000 siswa, ia meminta agar targetnya ditingkatkan menjadi 17.000 siswa sesuai jumlah siswa SMP kelas VIII.
"Harus ditingkatkan karena ini program bagus. Setidaknya 17.000 sesuai jumlah anaknya. Minimal di sekolah negeri saja dulu," ucapnya.
Saat ini, Kota Bandung menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki program semacam ini. Peneliti di KPA Kota Bandung, Mawar Nita Pohan mengatakan, sejak 2010 program ini telah memberikan manfaat kepada 94,667 siswa di 40 sekolah di Kota Bandung.
"Para siswa bisa menerima dengan baik program ini. Kami bekerja sama dengan guru-guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah. Para siswa ini antusias mendapatkan materi ini," ujar Mawar.
Tak hanya sebagai objek, para siswa juga diajak menjadi subjek untuk bisa memberikan pendidikan pencegahan HIV/AIDS dan narkoba kepada teman sebayanya. Dengan begitu, penyebaran informasi bisa jauh lebih masif.
"Namun kita masih perlu optimalkan. Karena jumlah siswa yang sudah menerima program ini belum sebanding dengan jumlah siswa keseluruhan. Kalau dipersentasikan itu baru 7%," imbuh Mawar.
Sementara itu, program ini juga telah dilatihkan kepada 145 guru dan 26 tenaga Training of Trainer (ToT) sehingga setiap guru bisa memberikan materi secara seragam dengan metode yang sama.
"Karena di kita materi tentang sex education itu terbilang masih tabu, jadi untuk menghindari interpretasi yang lain, harus disamakan metode dan pengajarannya. Dan tetap harus didampingi guru," katanya.
Program HEBAT! merupakan kurikulum pencegahan HIV kepada siswa kelas VIII SMP melalui berbagai pendekatan pengajaran. Tak hanya tatap muka di kelas tetapi juga pembelajaran melalui permainan sehingga siswa merasa senang dan bisa menangkap pelajaran dengan mudah.
Isi kurikulum tersebut mengombinasikan pendidikan pencegahan penyalahgunaan narkoba (drug education) dan kesehatan reproduksi (reproductive health education). Kurikulum ini merupakan hasil kajian Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) yang telah mendapatkan penghargaan tingkat nasional.
Di Kota Bandung, HEBAT! dilaksanakan oleh 4 stakeholder yang saling bermitra, yaitu KPA Kota Bandung, Dinas Pendidikan Kota Bandung, Fakultas Psikologi dan Pusat Studi Klinis Fakultas Kedokteran Unpad
Keempat institusi tersebut telah menjalin kerja sama sejak 2010. Namun pada April 2019 lalu, kesepakatan tersebut berakhir secara administratif. Kendati begitu, Yana meminta program ini terus dilanjutkan.
"Pemerintah Kota Bandung meminta agar program ini dilanjutkan, meskipun secara administratif kerja samanya sudah berakhir. Saya minta, tolong urus administrasinya agar kita bisa terus lanjutkan," ujar Yana di Balai Kota Bandung, Senin (13/5/2019).
Yana juga meminta program ini terus ditingkatkan. Jika saat ini setiap tahunnya hanya bisa menyasar 13.000 siswa, ia meminta agar targetnya ditingkatkan menjadi 17.000 siswa sesuai jumlah siswa SMP kelas VIII.
"Harus ditingkatkan karena ini program bagus. Setidaknya 17.000 sesuai jumlah anaknya. Minimal di sekolah negeri saja dulu," ucapnya.
Saat ini, Kota Bandung menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki program semacam ini. Peneliti di KPA Kota Bandung, Mawar Nita Pohan mengatakan, sejak 2010 program ini telah memberikan manfaat kepada 94,667 siswa di 40 sekolah di Kota Bandung.
"Para siswa bisa menerima dengan baik program ini. Kami bekerja sama dengan guru-guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah. Para siswa ini antusias mendapatkan materi ini," ujar Mawar.
Tak hanya sebagai objek, para siswa juga diajak menjadi subjek untuk bisa memberikan pendidikan pencegahan HIV/AIDS dan narkoba kepada teman sebayanya. Dengan begitu, penyebaran informasi bisa jauh lebih masif.
"Namun kita masih perlu optimalkan. Karena jumlah siswa yang sudah menerima program ini belum sebanding dengan jumlah siswa keseluruhan. Kalau dipersentasikan itu baru 7%," imbuh Mawar.
Sementara itu, program ini juga telah dilatihkan kepada 145 guru dan 26 tenaga Training of Trainer (ToT) sehingga setiap guru bisa memberikan materi secara seragam dengan metode yang sama.
"Karena di kita materi tentang sex education itu terbilang masih tabu, jadi untuk menghindari interpretasi yang lain, harus disamakan metode dan pengajarannya. Dan tetap harus didampingi guru," katanya.
Posting Komentar